Meresensi Buku Non Fiksi
Nama : Alessandra Hana D
No Absen : 02
Kelas : XI OTKP 2
Remaja
Membangun Kepribadian
I. Identitas Buku
a. Judul : Remaja
Membangun Kepribadian
b. Pengarang : Anna
Windyartini S.
c. Penerbit : Nobel
Edumedia
d. Tahun terbit :
2008
e. Kota terbit : -
f. Jumlah Halaman : +79 Halaman
II. Rangkuman Isi Buku
I. BERBAGAI
JENIS KECERDASAN DALAM DIRI MANUSIA
Howard Gardner, seorang psikolog
dari USA telah menemukan sepuluh macam intelegensi yang terdapat dalam diri
anak. Di antaranya yaitu:
1. Linguistic
intelligence/Kecerdasan linguistik, berkaitan dengan kemampuan bahasa dan
penggunaannya.
2. Logical-mathematical
intelligence/Kecerdasan logis matematis, berhubungan dengan pola, rumus-rumus,
angka-angka, dan logika.
3. Musical intelligence/Kecerdasan
musikal, berkaitan dengan musik, melodi, ritme dan nada.
4. Bodily-kinesthetic
intelligence/Kecerdasan tubuh-kinestetik, berhubungan dengan pergerakan dan
ketrampilan olah tubuh.
5. Spatial
intelligence/Kecerdasan spasial, berhubungan dengan bentuk, lokasi dan
membayangkan hubungan di antaranya.
6. Interpersonal
intelligence/Kecerdasan interpersonal, berhubungan dengan kemampuan untuk bisa
mengerti dan menghadapi perasaan orang lain.
7. Intrapersonal
intelligence/Kecerdasan intrapersonal, berhubungan dengan kemampuan mengerti
dirinya sendiri.
8. Naturalist
intelligence, berhubungan dengan kemungkinan anak untuk berinteraksi dengan
lingkungan.
9. Spiritual
intelligence, memungkinkan anak mengetahui dan memahami bahwa Tuhan telah
memberinya begitu banyak anugerah.
10. Existensial intelligence/Kecerdasan
eksistensial, berhubungan dengan sebuah imajinasi tentang keingintahuan
mengenai keberadaan dirinya di dunia.
II. MEMANFAATKAN BERBAGAI
INTELEGENSI
Setiap orang mempunyai kemampuan
untuk dikembangkan. Dengan kemampuan itulah dunia dibangun bagi masa depan
banyak orang. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengembangkan diri terus
menerus. Seorang yang mau mengembangkan diri tentunya memerlukan sebuah visi.
Visi setiap orang dipengaruhi oleh cara pandang dirinya terhadap dirinya
sendiri dan lingkungannya. Dengan adanya visi, akan mengarahkan kita untuk
lebih mampu melangkah dan mengembangkan diri kita.
Setelah menemukan visi, kita akan
melengkapinya dengan misi. Dibutuhkan membuat langkah dengan perencanaan yang
konkret. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui dan mengenal diri sendiri untuk
dapat menemukan kemampuan belajar, minat, dan proses yang berhasil kita gunakan
dalam belajar. Dengan mengenal diri sendiri kita akan menemukan kakuatan dan
kelemahan kita dalam belajar, sehingga kita dapat menentukan gaya belajar yang
cocok dan tepat untuk diri kita.
Ada tiga gaya belajar yang utama,
yaitu visual, auditori, dan kinestetis.
a. Gaya pembelajaran
visual adalah belajar dengan cara memproses informasi dengan cara melihat dan
membaca petunjuk atau dengan membayangkan langsung suatu konsep dalam suatu
gambaran yang konkret dan nyata.
b. Gaya pembelajaran
auditori belajar dengan cara mendengarkan dan berdiskusi atau dengan belajar
mandiri yang memerlukan ketenangan.
c. Gaya pembelajaran
kinestetis, biasanya seseorang akan aktif menyerap informasi dengan gerakan
atau dengan cara mambuat kesimpulan dari apa yang mereka dengar, nada suara,
tempo, isyarat dan ekspresi wajah.
Setelah mengenali gaya belajar,
selanjutnya kita perlu membuat rencana kerja, dengan mulai mengatur waktu
belajar secara tepat. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Konsentrasi,
Untuk berkonsentrasi, carilah tempat yang hanya digunakan
untuk belajar agar dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman dan terhindar
dari gangguan.
b. Menciptakan kondisi
belajar
Kondisi belajar yang tenang dan rileks dapat membantu
meningkatkan konsentrasi dalam belajar.
c. Mengatur waktu belajar
Aturlah waktu belajar dengan menetapkan target hasil
belajar berdasarkan meteri yang ingin atau perlu dicapai. Jangan sampai menunda
waktu belajar karena itu berarti kita akan kehilangan banyak waktu. Bila ada
banyak tugas yang harus diselesaikan, cobalah dengan mengelompokkan pada bagian
per bagian, lalu selasaikan sedikit demi sedikat. Organisirlah waktu belajar,
siapkan materi dan singkirkan segala sesuatu yang dapat mengganggu konsentrasi
belajar.
Ada beberapa metode cara belajar
yang baik, yaitu belajar dengan buku teks, mencatat pelajaran dengan efektif,
membuat peta belajar, belajar berkelompok, rajin membuat catatan, disiplin
dalam belajar, aktif bertanya dan ditanya, belajar dengan serius dan tekun, dan
menghindari belajar berlebihan.
III. PENGALAMAN
BELAJAR
Mengingat kembali masa kecil
Albert Einstein atau Thomas Alfa Edison. Mereka dulunya hanya memiliki
kemampuan akademis pas-pasan, bahkan yang lebih parah Edison disebut sebagai
idiot oleh gurunya sehingga sempat beberapa kali pindah sekolah. Mungkin dengan
kenyataan ini tidak ada orang yang menyangka bahwa mereka berdua akan sukses
dan terkenal dalam hidupnya. Albert Einstein dan Thomas Alfa Edison adalah
contoh anak yang sebetulnya termasuk cerdas tetapi tidak dapat berprestasi di
sekolah. Anak-anak golongan ini biasanya oleh orang tuanya dikelihkan sebagai
anak bodoh, nakal, atau sulit belajar. Padahal perlakuan seperti ini sama saja
menghancurkan kreativitas atau membunuh karakter anak. Hai ini dapat
menimbulkan rasa mudah putus asa bagi anak yang dapat berimbas pada kurangnya
semangat dan ketertarikan anak pada pelajaran di sekolah.
Menurut Mariam Diamond, pada umur
berapapun kemampuan mental manusia sebenarnya masih bisa dioptimalkan dengan
aktivitas intelektual dan interaksi lingkungan. Selain Mariam Diamond, Bobbi
DePorter juga menyatakan bahwa optimalisasi kemampuan mental bisa dimunculkan
lagi melalui pendekatan yang disebut Quantum Learning (QL). QL disebut juga
accelerated learning (pemercepatan belajar) yang memadukan keterampilan dalam
hidup, keterampilan akademik, dan prestasi mengatasi tantangan fisik untuk
mencapai sukses. Pendekatan QL secara prinsip merupakan metode yang
memungkinkan siswa mempelajari sesuatu secara cepat dengan upaya normal dan
disertai kegembiraan.
Penelitian Georgi Lozanov
menunjukkan bahwa jenis musik barok bisa membuat orang menjadi setengah rileks
sehingga tetap mampu berkonsentrasi. Saat belajar, belahan otak kiri yang
proses berpikirnya bersifat linear, logis, sekuensial, dan rasional diaktifkan.
Sedangkan proses berpikir otak kanan yang bersifat acak, tidak teratur,
intuitif, dan holistik tidak. Di sinilah musik berfungsi, yaitu merangsang otak
kanan sehingga tidak mengganggu kinerja otak kiri. Semua itu menimbulkan siklus
emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.
III. Kelebihan Buku
Buku ini mempunyai
pembahasan yang singkat namun sangat mudah dipahami. Buki ini juga ditulis
berdasarkan dengan gagasan yang dapat dipercaya seperti ahli psikolog dunia, nasional,
dan bahkan survei langsung dari masyarakat.
Contoh-contoh yang
digunakan dalam buku ini juga sangat menarik dan memberikan motivasi bagi para
pembacanya agar lebih semangat dalam belajar.
IV. Kelemahan Buku
Masih terdapat
kata-kata yang mungkin sulit dimengerti oleh kalangan pelajar. Gambar ilustrasi
pada buku ini masih kurang jelas sehingga akan menimbulkan kebosanan bagi para
pembacanya.
Motivasi dalam buku ini
harus dianalisis lebih dalam lagi. Karena minimnya pemaparan bagi para
pembacanya.
Komentar
Posting Komentar